BELAJAR DARI “SLENTHENG”
Saat itu waktu menunjukkan pukul 14.00 siang, matahari mulai pongah dengan panasnya
yang menyengat. Saya yang sedari tadi mondar mandir untuk menyelesaikan
rutinitas sehari-hari, sampai memicingkan mata saat memandang ke arah luar
gedung. Saking silaunya karena sengatan matahari.
Waktu
itu hampir mendekati bulan Desember 2013. Disela-sela kepenatan melaksanakan
pekerjaan sehari hari, kucoba mencari hiburan di dunia maya. Biasanya aku dengar
music dan diputar volume agak keras untuk memberikan sedikit energy dalam
melanjutkan rutinitas sehari-hari. tapi lagu-lagu yang sudah kudengarkan sejak
pagi itu tidak membuat aku kembali berenergy lagi, justru bosan. Hingga akhirnya
aku mencari-cari alternative hiburan lain di internet. Sampailah pada pilihan
youtube sebagai alternative. Saat halaman youtube terbuka aku masih bingung,
apa yang akan kucari? Tiba-tiba terlintaslah pikiran hal-hal yang lucu dan
unik, dan ketika aku coba ketik itu di youtube, maka muncul laman wayang santri
dengan dalang Ki Enthus Susmono. Awalnya kurang tertarik, tapi karena penasaran,
terpaksa kutonton video itu. Durasinya tidak panjang hanya sekitar 7 – 8 menit.
Kulihat ada sosok kiyai, dua orang warga masyarakat biasa yang tampangnya mirip
dengan tokoh wayang cepot.
Menit
demi menit aku tonton wayang tersebut, semakin kulihat semakin aku tertawa
terbahak-bahak. Ah pas sekali rasanya karakter yang ditunjukan oleh sang
dalang. Belakangan aku tahu nama sosok itu, Slentheng dan satu lagi bernama Lupid.
Dari situ aku memburu video wayang santri yang lain di youtube sebagai koleksi
dan untuk kutonton di rumah, sebagai penyeimbang kepenatan dalam menjalankan rutinitas
sehari-hari. Saat kutonton berulang ulang, aku senang, hiburan segar dan
menyegarkan. Hingga akupun ngefans dengan sosok si Slentheng. Mungkin ada
baiknya kepada teman-teman didaerah Serang Banten, untuk menikmati wayang
santri Ki Enthus Susmono di youtube, barangkali tertarik sampai tertawa
terbahak-bahak. Dari segi bahasa yang digunakan tidak jauh berbeda dengan
bahasa daerah sehari-hari yang digunakan di daerah Serang.
Pada
awal Januari 2014, ku baca situs berita online mengabarkan Ganjar Pranowo
sebagai Gubernur Jawa Tengah, melantik seorang dalang. Aku terkejut, siapa
dalang yang dimaksud? Ku baca berita tersebut baris demi baris. sampai pada
akhirnya tersebutlah nama Ki Enthus Susmono. Ahhh betapa terkejutnya aku, belum
berapa lama aku mengagumi beliau, kini sudah beralih profesi sebagi Bupati
Tegal. Aku bingung, antara bangga dan mencibir. Koq bisa? Tapi sudahlah, rasa
nyiyir itu hilang saat ku simak dialog antara Ki Enthus Susmono dan Najwa
Sihab.
Emak
Bapakku orang Tegal, begitupun Mbah, saat ini masih tinggal di Tegal. Aku, tidak
lahir di Tegal, tetapi tetap ada kebanggaan melihat kenyataan ini. Bagaimanapun
aku masih mengalir darah Tegal dan tentu saja karakter orang Tegal pada
umumnya, jika coba kusamakan karakter yang dimainkan Ki Enthus, sama dengan si
Slentheng. Tipe orang yang kadang sok tau, ngotak dan ahh pokoknya begitu lah. Tapi
kalo urusan agama, tetap taat dan patuh.
Belum
habis rasa terkejutan itu, kini tanggal 29 Januari 2014 Ki Enthus Suswono hadir
di acara Mata Najwa episode Hati Hati Bupati. Sebenarnya bukan hanya Ki Enthus
yang diundang, ada beberapa Bupati, hanya entah kenapa perhatianku tertuju
hanya kepada Ki Enthus, Bupati Tegal yang baru sebulan di lantik. Ku perhatikan
dengan seksama detik demi detik, menit demi menit dialog antara Najwa Shihab dan
Ki Enthus Susmono. Awalnya aku menduga Ki Enthus tidak paham tentang
pemerintahan, tetapi dugaanku meleset jauh, ada perasaan kagum, takjub serta
bangga melihat Bupati yang baru saja kukagumi sebagai dalang hadir di acara Mata
Najwa dan menajwab beberapa pertanyaan dengan elegan dan kukatakan cerdas untuk
orang yang baru pertama memerintah sebagai Bupati. Apalagi baru sebulan di
lantik.
Ada beberapa pernyataan, terkait program yang dilaksanakan Pak Bupati, yang membuatku bangga sebagai PNS, juga sebagai pegawai yang melaksanakan tugas pengadaan barang/jasa. Semua bisa di lihat di video ini:
Di
antara pernyataan tersebut adalah:
“Lelang
nanti dalam Proyek saya mengadakan pokja pokja itu, pokja pokja itu gajinya miskin,
gajinya sedikit, tapi sering diberi titipan oleh Sekda, Bupati, Wakil Bupati. Saya
kemaren tegas kalau ada CV, kontraktor yang berusaha untuk mempengaruhi Pokja
(Kelompok Kerja yang fungsinya melakukan lelang), diskualifikasi. Coret untuk
tidak boleh ikut lelang, dan kemudian kalo ada SKPD yang intervensi terhadap
Pokja untuk menggolkan projek ini saja ini saja, maaf akan saya jatuhi talak
tiga, langsung pecat.”
“Kalo
ada yang berani berikan fee kepada Bupati, laporkan kepada KPK”
“Mba, saya itu baru dua minggu masya
Allah, sudah hampir 1 Milyar uang yang seliweran kepada saya, ijin perizinan”
“Kejari, KPK, BPK, PPATK, saya ucapkan
terima kasih untuk datang ke Kabupaten Tegal dan untuk mengawasi Saya, itu
Jibrilnya yang mengawasi dan Rokib Atidnya.”
Serangkaian
pernyataan itu yang membuat saya bangga, pemimpin yang mengajarkan untuk benar,
dengan contoh, bukan dengan omongan. Berani bekerja sama dengan aparat terkait
untuk mengawasi, bukan memusuhi apalagi menjauhi. Sama-sama saling mengawasi,
karena manusia itu tempatnya salah, tempatnya dosa, maka harus saling
mengingatkan. Bukan nya menutup mata terhadap kesalahan.
Terhadap
para pelaku pengadaan barang/jasa, model pemimpin seperti inilah yang akan
memberikan ketenangan dalam bekerja, tidak mentolerir pelanggaran. Siapapun itu.
Langsung sikat. Talak tiga. Begitupun di Pokja, jika ada yang nyeleweng dan
coba main-main, langsung talak tiga.
Bagaimanapun,
mencegah terjadinya kesalahan lebih baik dari pada memperbaiki kesalahan. Dari seorang
Bupati yang baru dilantik mari kita belajar tentang kepemimpinan. Mari belajar
tentang semangat perubahan, belajar tentang tanggung jawab dan kejujuran. Salam
belajar Pengadaan…